Kamis, 11 Agustus 2011



4.6 Pemeliharaan Pembibitan
4.6.1 Penyiraman
Penyiraman disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pertumbuhan bibit. Pada bibit umur 0-10 hari kelembaban harus dijaga berkisar 70-80% karena sangat diperlukan untuk perkecambahan pillen dan pertumbuhan awal, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor cor (tloming) halus sebanyak 3 kali sehari( tiap penyiraman sebanyak 2 gembor di tiap-tiap sisi depan dan belakang bedeng). Umur 11-30 hari penyiraman sebanyak 2 kali sehari dengan menggunakan gembor cor (tloming) halus. Umur 30-40 hari penyiraman berkurang menjadi 1 kali sehari.
Jika pertumbuhan bibit tidak seragam, penyiraman dilakukan secara siram pilih artinya antara bibit yang besar dan kecil membutuhkan volume air yang berbeda. Tiap penyiram bertanggungjawab atas 30 bedeng tiap harinya sehingga terdapat 6 orang pekerja dalam kegiatan ini. Sistem pembayaran HKO kegiatan ini
adalah menggunakan sistem harian.

4.6.2 Pemupukan
Interval pemupukan bibit adalah setiap 5 hari sekali. Pemupukan awal diberikan 3 hari sebelum sebar berupa 40 gr Urea dan 100 gr Sp36 yang sudah dilarutkan sehari sebelumnya, keduanya dilarutkan dalam 10 liter air per bedeng. Bibit umur 12-27 hari dipupuk dengan 10 gram NPK Mutiara per 10 liter untuk 3-4 bedeng dengan interval pemupukan 5 hari sekali, Bibit umur 30-36 hari dipupuk dengan 10 gram NPK Mutiara per 10 liter untuk 3-4 bedeng dengan interval pemupukan 3 hari sekali. Kegiatan pemupukan ini dilakukan oleh 6 orang pekerja dimana tiap pekerja bertanggung jawab terhadap 30 bedeng. Sistem pembayaran HKO kegiatan ini dilakukan dengan sistem harian.

4.6.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dalam pembibitan tembakau perlu mendapat perhatian dan penanganan, karena bibit yang baru tumbuh tersebut rawan terhadap serangan sehingga tidak jarang terjadi kegagalan akibat serangan ini. Upaya untuk pengendalian hama dan penyakit di pembibitan dilakukan dengan sanitasi lingkungan dan pengendalian secara kimiawi. Sanitasi lingkungan dilakukan untuk menghindari adanya inang hama dan penyakit dari tanaman/gulma di sekitar pembibitan.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit secara kimiawi harus adanya jadwal pengendalian yang dikeluarkan oleh Litbang. Adapun aplikasi pengendalian dengan pestisida secara terjadwal dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Aplikasi Pestisida pada Pembibitan Tembakau Kebun Ajong Gayasan


Racun Umur Pestisida Jumlah Kapasitas Aplikasi Dosis pestisida per Ha
Ke- Bibit Pestisida Sprayer Per 10 liter (6,5 bed)
Per 10 L (bedeng)

1 -3 Confidor 500 SL 1,5 ml Lingkungan bed 0,93 ml
2 10 Metindo 25 WP 10,0 gr 7 9,3 gr
Manzate 82 20,0 gr 18,6 gr
3 15 Metindo 25 WP 10,0 gr 7 9,3 gr
Manzate 20,0 gr 18,6 gr
4 20 Buldok 25 EC 10,0 ml 6 10,8 ml
Melody Duo 46.75 WP 20,0 gr 21,7 gr
5 25 Confidor 200 SL 1,5 ml 4 1,6 ml
Manzate 82 20,0 gr 32,5 gr
6 30 Buldok 25 EC 10,0 ml 4 16,3 ml
Melody Duo 66.8 WP 20,0 gr 32,5
7 33 Confidor 200 SL 1,0 ml 3 2,2 ml
Saromyl 35 SD*) 23 gr
8 40 Metindo 25 WP 10,0 gr 3 21,7 gr
Manzate 20,0 gr 43,3 gr

Sumber : PTP Nusantara X Kebun Ajong Gayasan
Keterangan *) : Aplikasi Saromyl 35 SD konsentrasi 4 gram/ 1 liter air dilaksanakan dengan gembor untuk 1 (satu) bedeng diberikan pada H+35


Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimia ini dilakukan oleh dua orang pekerja. Sistem pembayaran HKO kegiatan ini dilakukan dengan sistem harian.

4.6.4 Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada sekitar bedengan serta pada media bertujuan untuk menghindari persaingan dengan tanaman pokok serta penyebaran hama penyakit. Untuk gulma yang tumbuh pada bedengan dilakukan pencabutan sedangkan untuk gulma yang tumbuh di sekitar bedengan dibersihkan dengan cara dikesrik. Kegiatan penyiangan ini dilakukan oleh 4 orang pekerja dimana seorang pekerja mempunyai tanggujawab 40 bedeng tiap harinya. Sistem pembayaran HKO kegiatan ini adalah dengan menggunakan sistem harian.

4.6.5 Seleksi Bibit
Pada pembibitan sistem polibag untuk mendapatkan bibit yang besarnya seragam perlu diadakan seleksi bibit secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan bibit. Adapun seleksi bibit melalui 2 (dua) tahapan yaitu :
a. Seleksi I : Dilaksanakan pada bibit umur 10 hari dengan cara mengeluarkan polibag yang kosong dan diletakkan dibedeng khusus serta yang pertumbuhannya tidak normal ditempatkan pada bedengan yang telah disediakan dan dilakukan perawatan yang lebih khusus seperti pemupukan, penyiraman, dan buka tutup WPW.
b. Seleksi II : Dilaksanakan pada bibit umur 22-25 hari (12 hari setelah seleksi I) dengan cara memisahkan bibit berdasarkan pertumbuhannya. Seleksi II diklasifikasikan atas :
1) Bibit A : bibit besar (tinggi tanaman antara 5-7cm)
2) Bibit B : bibit sedang (tinggi tanaman antara 4-5cm)
3) Bibit C : bibit kecil (tinggi tanaman <4) Bibit ditata tiap 2 baris diberi jarak ± 4 cm (dari 5 baris menjadi 3 baris dimana baris tengah kosong). Untuk bibit yang kecil perlu dilakukan pemeliharaan khusus untuk mengejar ketinggalan pertumbuhan. c. Seleksi III : Dilaksanakan pada bibit umur 32-40 hari dengan meletakkan bibit yang seragam pada nampan. Pada saat bibit dipindah ke nampan juga dilakukan pekerjaan kupir daun dengan menyisakan 2-3 daun. Nampan ini ditempatkan di tempat transit Kegiatan seleksi dilakukan oleh sekitar 10 tim pekerja dimana tiap tim terdiri atas 2 orang pekerja. Sistem pembayaran kegiatan seleksi ini menggunakan sistem harian. Untuk seleksi I rata-rata 1 tim mampu menyelesaikan 3 bedeng perhari. Untuk seleksi III, rata-rata 1 tim mampu menyelesaikan 50 nampan /per hari. Untuk tempat transit berukuran sekitar 16 x 10 meter dengan ukuran efektif sekitar 16 x 8 meter karena yang 2 meter dibagi untuk jalan. Sehingga dengan demikian mampu menampung sekitar 500 nampan Setelah dilakukan seleksi I dan II dapat diperhitungkan jumlah bibit yang layak tanam untuk lahan tanam seluas 25 ha (163 bedeng) di Kebun Ajong gayasan Bagian XI Dawuhan Macan. Penghitungannya adalah sebagai berikut : a. Polibag disebar  100% = 1.141.000 polibag b. Tidak tumbuh  18% = 205.380 polibag c. Mati  5% = 57.050 polibag d. Bibit tidak layak tanam  7% = 79.870 polibag _____________________________ _ Produksi bibit layak tanam  = 798.700 polibag 4.6.6 Buka Tutup Atap WPW Upaya untuk mendapatkan bibit yang sehat dan siap dipindah ke lapang (pertanaman) maka bibit harus mendapat sinar matahari yang cukup dengan cara membuka keranda bedengan. Pembukaan keranda bertujuan untuk mencegah adanya etiolasi sehingga batangnya kuat dan adaptif sewaktu di tanam di lapang. Adapun pedoman pengaturan pembukaan atap bedengan yaitu : a. Umur 8-30 hari, mulai dari jam 06.30-15.00 keranda di buka sekitar 25 cm ( sampai tepi rangki) b. Umur 30-40 hari, atap dibuka total 1 (satu) hari penuh dan malam hari atap ditutup. c. Bila terjadi hujan dipagi/siang/malam hari, keranda ditutup untuk menghindarai percikan air hujan masuk ke dalam bedengan karena ini bisa menjadi sumber penyakit. Kegiatan membuka dan menutup keranda ini merupakan tanggung jawab pekerja siram bibit yaitu 30 bedeng tiap pekerja. 4.6.7 Pengangkutan Bibit ke Areal Pertanaman/Blok Bibit yang sudah diletakkan di nampan diperiksa kembali agar bebas hama dan penyakit sehingga tidak terbawa ke blok tanaman. Isi per nampan ± 144 bibit. Bibit disiram terlebih dahulu supaya tidak terjadi stagnasi. Selain itu juga perlu disemprot dengan pestisida untuk menyiapkan daya tahan bibit terhadap penyakit dan hama di lahan tanam nantinya. Penyediaan bibit siap tanam untuk masing-masing lokasi/penataran harus mempunyai kerataan yang sama dan pada akhirnya yang dihasilkan lebih homogen. Adapun kriteria bibit yang layak tanam adalah : a. Umur bibit ± 40 hari b. Tinggi bibit ± 7-8 cm (diukur dari dasar polibag sampai pucuk daun tertinggi) c. Keadaan bibit sehat, tidak terserang hama dan penyakit d. Jumlah daun minimal 2 helai (setelah dilakukan pengupiran saat seleksi III) e. Bibit berwarna hijau segar dan pertumbuhannya seragam. Pengangkutan bibit pada blok yang jauh dari lokasi pembibitan menggunakan pick up yang diberi rak susun untuk memperbanyak nampan yang diangkut. Kapasitas untuk satu pick up adalah sekitar 60 nampan. Satu penataran (luasan 5 ha) membutuhkan sekitar 16 angkut bibit ( 960 nampan). Kegiatan ini dilakukan oleh sekitar 6 orang pekerja laki-laki dengan sistem pembayaran menggunakan sistem harian

Pembuatan Bedeng Pembibitan Tembakau F1N


1 Persiapan Lahan
Sebelum tanah diolah terlebih dahulu tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, misalnya jerami atau bekas tanaman lainnya (kosek jerami). Selanjutnya dilakukan pemasangan tanda batas (patok) untuk menentukan batas-batas jalan tol dan got. Cara pemasangan patok adalah mengukur dari utara ke selatan kemudian dari barat ke timur atau sebaliknya disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya dilakukan pelurusan kembali tanda-tanda tersebut dengan melihat dari ujung ke ujung patok lainnya (patok kompas). Pemasangan patok bertujuan untuk menentukan letak bedengan, got dan jalan di areal pembibitan.
Pembuatan jalan digunakan untuk transportasi selama pengangkutan bahan tanam dan memudahkan dalam pemeliharaan bibit. Jalan utama (tol) dibuat dengan lebar 2 meter. Jalan harus rata tanpa ada cekungan. Saluran drainase dibuat mengelilingi bedengan dan sisi jalan dengan lebar 50 cm dan kedalaman 50 cm. Saluran drainase ini berfungsi untuk menampung air saat terjadi hujan sehingga tidak menggenang di areal bedengan. Dalam pembuatan saluran got ini menggunakan sistem borongan. Kegiatan ini dilakukan selama 6 hari dengan rata-rata  prestasi kerja 30 meter per hari.
Pagar dibuat dari waring dengan ketinggian 2 meter mengelilingi lokasi untuk menjaga keamanan sekitar area. Selain pagar juga perlu dibuat sumur untuk memenuhi kebutuhan air siraman. Air sumur ini dialirkan melalui pipa paralon ke drum-drum potong. Selain itu juga dibuat pondok bedengan yang berfungsi untuk menampung sarana dan prasarana bedengan.

2 Pasang Cagak
            Cagak bedengan dipasang setelah pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya dan patok kompas. Bedengan berbentuk rumah dengan tinggi cagak sekitar 70 cm dari permukaan tanah(panjang cagak yang digunakan sekitar 120 cm, 50 cm dibenamkan ke dalam tanah nantinya). Dalam satu bedeng terdapat 10 cagak.
            Kegiatan pemasangan cagak ini dilakukan selama 4 hari dengan sistem borongan yang dilakukan oleh sekitar 8 orang . Prestasi kerja 1 tim tersebut adalah 40 bedeng perhari.

3 Buat dan Bangun Bedeng
Tahap selanjutnya adalah pembuatan bedengan yaitu bedengan dibuat sama, tinggi sebelah barat 30 cm sedangkan tinggi sebelah timur 20 cm sehingga permukaan bedengan miring menghadap ke arah timur. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan cahaya matahari pada waktu pagi hari terutama untuk bibit yang berada di deretan belakang. Pembuatan bedeng tidak dipaskan dengan cagak, tetapi dilebihkan sekitar 5 cm dari cagak. Ukuran bedengan 1,10 m x 10,10 m (ukuran bedeng efektif 1 m x 10 m). Bedengan membujur Utara-Selatan.

            Kegiatan buat dan bangun bedeng ini dilakukan sekitar 8 hari oleh sekitar 6 orang pekerja dengan prestasi kerja 4 bedeng perhari. Jumlah bedengan yang dibuat adalah 163 bedeng.
Permukaan bedengan dibuat serata mungkin agar memudahkan dalam peletakan polibag nantinya. Setelah dibangun bedeng kasar tadi, lalu dilakukan penghalusan alas bedengan. Kemudian dilapisi plastik sebagai alas polibag yang berfungsi untuk menghindari kontaminasi media yang sudah steril, mencegah agar akar tidak masuk ke dalam tanah, mencegah pertumbuhan gulma dan dapat meloloskan air dengan lancar. Ukuran plastik alas 10,2 m x 1,2 m dengan ketebalan 0,2 mm. Lalu di bagian tepi, plastik diberi lis. Ukuran lis panjang 5,25 (4 buah tiap bedeng) dan lis pendek 1,1 m (2 buah tiap bedeng). Lis ini kemudian dipaku di cagak.

4.4.4 Pasang Rangka Atap WPW Bedengan
Setelah permukaan bedengan terbentuk, selanjutnya dilakukan pemasangan atap yaitu dengan memasang bambu penyangga, alur atap, reng atap lalu atap plastik atau keranda. Sistem atap dalam perkebunan ini menggunakan sistem WPW (Waring Plastik Waring)
            Tahap pemasangan kerangka dan atap bedengan adalah sebagai berikut :
a.       Pemasangan bambu galur di atas cagak di sisi memanjang bedengan dengan panjang masing-masing 10 m. Galur tersebut diikat dengan menggunakan kawat
b.      Kemudian dipasang blandar disisi lebar bedengan dengan panjang sekitar 1m. Dalam 1 bedeng terdapat 5 buah blandar dengan jarak antar bandar 2,5  m
c.       Setelah itu dipasang wuwung di blandar tadi. Panjang wuwung sekitar 40- 30 cm. Wuwung dipasang berdiri tegak. Dalam 1 bedeng terdapat 5 buah wuwung dengan jarak antar wuwung 2,5 meter
d.      Setelah itu dipasang galur di atas wuwung tersebut dan diikat kuat dengan menggunakan kawat
e.       Kemudian dipasang rangki. Satu bedeng membutuhkan rangki sebanyak 8 buah yang dibagi dua bagian, yaitu barat dan timur
f.       Setelah itu dilakukan pemasangan atap bedengan. Pemasangan atap bedengan dengan menggunakan atap waring plastik waring (WPW). WPW dibuat dengan menjahit waring, plastik, waring dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 4 m ( 1 bedeng membutuhkan 3 buah WPW), dan bagian pinggir diberi lis keranda dengan panjang 4,25 m yang digunakan untuk memudahkan buka tutup atap dan tidak mudah tersingkap karena tertiup angin. Kemudian dipasang pengunci pada galur atas dan dipaku agar WPW tidak mudah lepas bila terkena angin. Atap bedengan berfungsi untuk melindungi bibit terutama pada waktu masih kecil dari sinar matahari dan terpaan air hujan, sehingga atap bedengan harus rapat agar tidak bocor. Atap bedengan  dibuat dari WPW untuk menghindari air hujan dan menjaga kelembaban bedengan.
            Dalam kegiatan ini menggunakan sistem borongan yang dilakukan oleh 1 tim yang terdiri atas 8 orang pekerja dengan prestasi kerja sekitar 25 bedeng perhari.

4.4.5 Pemotongan dan Penataan Polibag
            Setelah bedengan terbentuk, kemudian sosis diangkut ke lokasi bedengan untuk dilakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji yang sesuai. Pemotongan sosis dilakukan diatas kotak potong dengan ukuran panjang 110 cm dan tinggi 20 cm. Alat tersebut diberi batas pemotongan sepanjang 4 cm yang nantinya merupakan tinggi polibag itu sendiri. Setiap kotak yang telah diisi sosis kemudian dipotong dengan menggunakan gergaji. Diusahakan pemotongan sosis harus hati-hati agar kerusakannya tidak terlalu tinggi.
Hasil pemotongan tersebut diatur dan ditata di atas bedengan serapi mungkin dengan jarak rapat dan tiap 5 baris diberi jarak 4 cm. Dalam satu bedengan berisi ± 7000 polibag. Pemotongan dan penataan polibag dikerjakan oleh tim. Satu tim terdiri dari 3 orang yaitu 1 orang memotong dan 2 orang wanita menata polibag di bedengan. Rata-rata dalam sehari, 1 tim mampu menyelesaikan 3 bedengan. Sistem pembayaran kegiatan ini dilakukan dengan sistem borongan

4.4.6. Pelembapan
Sebelum dilakukan penyebaran benih pillen, yang pertama kali dilakukan adalah pelembaban yaitu  3 hari sebelum sebar (H-3). Pelembapan bertujuan untuk melembabkan media tumbuh yaitu air harus benar-benar meresap sampai ke dasar polibag. Penyiraman menggunakan gembor. Ini dilakukan oleh 3 orang pekerja dimana tiap orang mempunyai tugas menyiram untuk 30 bedengan tiap harinya. Sistem pembayaran kegiatan ini menggunakan sistem harian.

4.4.7. Pupuk Awal
Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum sebar benih. Ini bertujuan memberikan waktu agar senyawa yang tidak dapat diserap berada dalam keadaan siap. Pupuk dasar dilakukan daengan cara mencairkan pupuk kemudian disiramkan di atas permukaan polibag/media tumbuh bibit.  Pupuk yang digunakan adalah 100 gr SP36 dan Urea 40 gr per 10 liter air untuk 1 bedengan.
Kegiatan pemupukan awal ini sistem pembayaran pekerjanya sama halnya dengan pelembapan. Kegiatan ini juga dilaksanakan dengan sistem harian yang dilakukan oleh 6 orang pekerja dimana seorang pekerja mempunyai tanggung jawab terhadap 30 bedeng.

Sumber: Nala, N. 2010. Pembibitan Tembakau F1N Bawah Naungan di PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Ajong Gayasan Jember. Jember : Politeknik Negeri Jember (tidak dipasarkan)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Senin, 08 Agustus 2011

Persiapan Media Pembibitan Tembakau F1N


1 Penghitungan Kebutuhan Media Pembibitan
            Dalam budidaya tembakau, tentunya membutuhkan suatu areal yang digunakan untuk tempat pembibitan. Untuk mengetahui luas areal pembibitan, kita harus mengetahui berapa luasan lahan yang akan ditanami, karena tiap luasan tertentu membutuhkan jumlah bedengan yang berbeda pula. Cara menghitung kebutuhan jumlah bedengan untuk tanaman  ini adalah sebagai berikut


Jarak tanam     = 90 x 40 cm
                                10.000 m2
Populasi           = ___________________  = 27.777 tanaman/Ha
                             0,9 m x 0,4 m

Jadi kebutuhan polibag dalam 1 ha adalah 27.777 polibag
a. Polibag disebar                    à 100%          =   7.000 polibag
b. Tidak tumbuh                      à   18%          =   1.260 polibag
c. Mati                                     à     5%          =      350 polibag
d. Bibit tidak layak tanam      à     7%          =      490 polibag
e. Rusak angkutan                   à     5%          =      245 polibag
f. Produksi bibit layak tanam  à                    =   4.655 polibag
g. Kebutuhan untuk tanam/Haà                    = 27.777 pohon
h. Sulaman                              à     5%          =   1.389 pohon
i. Kebutuhan Bed/Ha         à 29.166 ph/ha
                                               ________________   = 6,26 bed, dibulatkan = 6,5 bed
                                                                  4.655 ph/bed

Sebelum dilakukan pencampuran media, maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan media, baik top soil, kompos ataupun pasir. Dalam pengumpulan media ini harus diketahui terlebih dahulu berapa jumlah media yang dibutuhkan (dalam ukuran m3). Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi pencampuran media untuk jenis tanah sedang per bedengnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini


Tabel 4.3 Komposisi Pencampuran Media Untuk Jenis Tanah Sedang
                (Kebutuhan Media Per Bedeng)
KOMPOSISI MEDIA
PERBANDINGAN
PERHITUNGAN
JUMLAH BAHAN JADI
JUMLAH BAHAN MENTAH
Tanah
3
3/7 x 0,0015 x 350 sosis
0,225 m3
0,225 / 75% = 0,300 m3
Kompos
3
3/7 x 0.0015 x 350 sosis
0,225 m3
0,225 / 60% = 0,375 m3
Pasir
1
1/7 x 0.0015 x 350 sosis
0,075 m3
0,075 / 80% = 0,094 m3

Jumlah bedeng pembibitan dalam lokasi Praktek Kerja Lapang ( PKL) adalah 163 bedeng karena luas lahan tanam nantinya adalah 25 ha. Dengan demikian kebutuhan media pembibitan adalah sebagai berikut.
a.       Tanah à 0,300 m3 x 163 bedeng = 48,9 m3
b.      Kompos à 0,375 m3 x 163 bedeng = 61,125 m3
c.       Pasir  à 0,094 m3 x 163 bedeng = 15,322 m3

2 Pencampuran Media
            Media tumbuh untuk pembibitan sistem polibag memerlukan beberapa persyaratan yaitu subur dan kaya bahan organik, strukturnya remah dan halus (ringan-sedang) dan bebas hama dan penyakit. Bila kriteria di atas telah terpenuhi maka besar kemungkinan pertumbuhan bibit akan optimal.
Perbandingan volume bahan yang akan dicampur agar memenuhi syarat tergantung pada jenis tanahnya. Untuk tanah sedang perbandingan antara top soil, pupuk kandang dan pasir adalah 3:3:1 sedangkan untuk tanah ringan menggunakan perbandingan 6:4:1. Pencampuran media dilakukan dengan menggunakan mesin molen agar mendapatkan hasil yang merata (homogen). Apabila dalam pencampuran media tidak merata akan dapat mempengaruhi dalam perkecambahan pillen dan pertumbuhan bibit. Dalam kegiatan pencampuran media ini dilakukan 6 orang pekerja dengan  sistem pembayaran HKO menggunakan sistem harian. Setiap hari mampu mencampur sekitar 5 m3


3  Sterilisasi Media
            Media tumbuh untuk pembibitan perlu dilakukan sterilisasi agar terbebas dari hama dan penyakit. Sterilisasi media bertujuan untuk membunuh jasad pengganggu (jamur, virus, bakteri, dan gulma). Kegiatan sterilisasi ini dilakukan di gudang. Tempat pencampuran media, sterilisasi, pengisian sosis dan penumpukan hasil sosis harus dalam satu lokasi gudang. Untuk itu perlu didesain sedemikian rupa untuk mempermudah pekerjaan.

 Sterilisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Sterilisasi dilakukan denga cara memberi uap panas pada media pembibitan dengan suhu 100ºC pada drum atau tong.
b.      Pada bagian sepertiga dari bawah drum di pasang sarangan yang terbuat dari bambu sehingga bagian bawah sarangan tersebut sebagai tempat air
c.       Media dimasukkan ke dalam lontongan dengan menggunakan sekop hingga hampir penuh ( tersisa 1/5 bagian sak yang digunakan sebagai pegangan untuk memasukkan atau mengeluarkan dari tong nantinya)
d.      Lontongan dimasukkan ke dalam drum steril sebanyak 8 lontongan atau sak setiap drum steril atau setiap kali angkatan.
e.       Sterilisasi dengan menggunakan uap panas membutuhkan temperatur media mencapai ≥100º, pemanasan dilakukan selama ±1 jam. Tetapi bila pagi hari atau pertama kali melakukan steril, lama pengangkatan selama 1 jam lebih 30 menit karena air dalam drum masih belum panas. Setelah mencapai jumlah jam yang ditentukan media dikeluarkan dari drum steril dan dikeringanginkan pada meja penampungan hasil sterilan.
            Dalam kegiatan sterilisasi di lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) dikerjakan oleh 1 tim yang terdiri atas 6 orang pekerja dengan  sistem pembayaran HKO menggunakan sistem harian. Satu tim tersebut mampu menyelesaikan 5 angkatan dalam sehari. Kegiatan ini dilakukan selama 16 hari.

4.3.4 Pembuatan Sosis
            Media yang sudah steril siap dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dibuat sosis. Pembuatan sosis menggunakan kantong plastik yang lebarnya 6 cm, ketebalan 0,03 mm dan panjang plastik 115 cm (100 cm diisi media dan 15 cm untuk ikatan). Dibawah ini merupakan gambar pekerja yang sedang melakukan kegiatan pengisian media.
Salah satu ujung plastik tersebut diikat, sedangkan melalui salah satu ujungnya yang lain diisikan media steril yang sudah dingin kemudian diikat. Untuk memudahkan dalam pengisian sebaiknya dapat menggunakan corong sebagai alat bantu untuk memasukkan media.
            Pengisian yang baik tidak terlalu padat dan tidak terlalu longgar. Sosis yang sudah jadi ditata dan disimpan di tempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung. Dalam satu tumpuk berisi 350 sosis yang ditata berselang seling membentuk kotak.

            Kegiatan isi sosis ini dilakukan oleh 10 pekerja wanita yang digaji sesuai dengan  jumlah tumpukan sosis yang dihasilkan. Tiap pekerja rata-rata mampu mengisi 350 sosis (1 tumpuk) perhari. . Tabel di bawah ini merupakan tabel penghitungan sosis yang dapat dihasilkan per harinya.

Tabel 4.4 Penghitungan Sosis Yang Dihasilkan Per Hari
Uraian
Perhitungan
1 lontong
9 sosis
1 drum
8 lontong
1 hari
5 angkatan
Sosis yang dihasilkan perhari
10 x 8 x 5 = 400

400 x 9 sosis = 3600 sosis/ hari
Kebutuhan sosis/ bedeng
± 350 sosis

Sumber: Nala, N. 2010. Pembibitan Tembakau F1N Bawah Naungan di PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Ajong Gayasan Jember. Jember : Politeknik Negeri Jember (tidak dipasarkan)

Minggu, 07 Agustus 2011

Pemilihan Lokasi Pembibitan Tembakau F1N

Pembibitan merupakan langkah awal dari keberhasilan budidaya tanaman tembakau guna mencapai tanaman yang seragam dan sehat. Oleh sebab itu perlu adanya pemilihan lokasi untuk pembibitan/bedengan dengan baik serta memperhatikan syarat-syarat yang menentukan keberhasilan dalam pembibitan.
            Syarat-syarat yang menentukan dalam pembibitan antara lain :
a.       Lokasi pembibitan merupakan tempat yang memiliki medan  rata dan terbuka sehingga mendapatkan penyinaran matahari secara langsung.
b.      Lokasi pembibitan dekat sumber air bersih atau air sumur.
c.       Lokasi pembibitan harus bebas dari inang sumber vektor hama atau penyakit.
d.      Lokasi pembibitan sebaiknya dekat dengan lokasi/blok pertanaman
e.       Jauh dari perkampungan untuk menghindari gangguan hewan peliharaan.
Untuk lokasi pembibitan Praktek Kerja Lapang (PKL) kami, ternyata medannya kurang rata. Diperkirakan ini tidak menjadi masalah karena kegiatan pembibitan ini dilaksanakan pada bulan yang seharusnya sudah memasuki bulan kemarau. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena pada saat itu cuacanya tidak menentu sehingga masih sering terjadi hujan dengan kurun waktu dan intensitas yang cukup tinggi. Ini menyebabkan bedengan yang berada di sebelah tertentu tergenang air ketika terjadi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi sehingga tumbuh banyak lumut di polibag. Dengan demikian dilakukan pendalaman saluran got agar bedeng tidak tergenang ketika terjadi hujan deras. Lalu agar lumut tidak terus-terusan tumbuh dilakukan tindakan pengurangan intensitas penyiraman. Selain itu juga dilakukan perubahan sistem pembukaan keranda dalam kurun waktu beberapa hari dan perbaikan sistem saluran got.


Sumber: Nala, N. 2010. Pembibitan Tembakau F1N Bawah Naungan di PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Ajong Gayasan Jember. Jember : Politeknik Negeri Jember (tidak dipasarkan)

Sabtu, 06 Agustus 2011

Persiapan Pembibitan Tembakau Varietas F1N

Titik awal yang paling penting dalam mengusahakan tanaman tembakau adalah pembibitan. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit yang seragam,  sehat, kuat dan berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
Pembibitan yang dilakukan di lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) ini yaitu pembibitan dengan sistem polibag. Pembibitan sistem polibag merupakan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada pembibitan konvensional yang telah dilaksanakan bertahun-tahun. Sistem polibag ini mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
a.       Tingkat kesuburan media pembibitan dapat diatur berdasarkan komposisi campuran media.
b.      Bibit polibag mempunyai perakaran cukup banyak dan tidak rusak pada saat akan ditanam.
c.       Seleksi bibit lebih mudah dilaksanakan sehingga keseragaman bibit yang akan ditanam lebih terjamin.
d.      Ketersediaan bibit dapat diperhitungkan lebih tepat, pengangkutan bibit lebih mudah dan aman, selain itu karena dari perakaran yang sehat diharapkan dapat menghasilkan tanaman sehat dan berkualitas.
e.       Tingkat serangan penyakit lebih terkendali karena media pembibitan telah disterilisasi, sehingga kesehatan bibit terjamin.
f.       Bibit polibag tidak mengalami pelayuan (stagnasi) sehingga dapat ditanam pagi atau sore.

4.1 Pembuatan Jadwal Kegiatan Pembibitan
            Sebelum dilakukan kegiatan pembibitan, maka perlu dilakukan pembuatan jadwal-jadwal perencanaan kegiatan pembibitan agar semua kegiatan dapat terkonsep dengan baik dan dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Di bawah ini merupakan jadwal rencana kerja dan persiapan pembibitan untuk tembakau varietas F1N.

Tabel 4.1 Rencana Kerja Pembibitan Tembakau Varietas F1N
No
MATA KARYA
BULAN
JAN
FEB
MAR
APRIL
MEI
1
Pencarian media






Tanah
*





Pupuk Kandang
*





Pasir
*




2
Ayak media

*
*


3
Pencampuran media

*
*


4
Sterilisasi media/ buat sosis

*


5
Persiapan bedengan


*
*

6
Pemeliharaan bedengan



*
*

Tabel 4.2 Jadwal Persiapan Pembibitan Tembakau Varietas  F1N
No
MATA KARYA
Jumlah hari sebelum sebar
Fisik
Keterangan
Satuan
Jumlah
I
Bahan dan Alat





Tanah
-60
m3
48,9
Jumlah fisik disesuaikan dengan kebutuhan jumlah bedeng

Kompos
-60
m3
61,125

Pasir
-60
m3
15,322

Alat-alat sterilisasi
-60
Bh
-

Alat-alat bedengan
-60
Bed
163





II
Pelaksanaan




Ayak bahan
-59
m3
125,347

Mollen
-56
m3
-

Sterilisasi
-54
Bed
163

Got dan Jalan
-29
M
540

Buat pondok dan pagar
-25
Bh
-

Buat lubang ps. Cagak
-25
Bed
163

Buat bedengan
-20
Bed
163

Buat dan pasang atap
-11
Bed
163

Angkut sosis
-9
Bh
57050

Potong/ tata polibag
-8
Bed
163

Pupuk awal
-3
Bed
163

Racun semut
-2
Bed
163


Sumber: Nala, N. 2010. Pembibitan Tembakau F1N Bawah Naungan di PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Ajong Gayasan Jember. Jember : Politeknik Negeri Jember (tidak dipasarkan)

Other

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...